Tentang Membaca dan Masa Lalu Saya
Di sela-sela Ujian Akhir Semester, saya menyempatkan diri untuk menulis artikel ini (Meskipun tinggal 1 hari terakhir ujian) dan kali ini saya ingin membahas apa yang memicu saya menjadi seorang kutu buku hingga pada detik ini. Pada bulan ini, saya memutuskan untuk melepas beragam tulisan mengenai pekerjaan saya sebagai Duta Baca Kota Tangerang 2017. Anggaplah, ini sebagai pertanggungjawaban saya atas tugas saya kepada kalian.
Jadi, langsung ke inti.
Saya sendiri juga bingung kenapa bisa suka membaca.
Tapi, semua ini berawal karena satu hal.
Rasa penasaran. Kala umur saya 4 tahun
Masa kecil saya adalah masa kecil yang diisi penuh banyak pertanyaan - Apalagi karena saya adalah tukang tanya dan agak bawel. Saya suka memainkan berbagai hal. Komputer yang masih Windows XP, Playstation 1 beserta koleksi CD Gamenya, dan sebuah laci di lemari ruang tamu. Di laci inilah, titik balik saya dari hanya seorang anak kecil biasa, menjadi seorang kutu buku tingkat akut.
Di laci besar itu, saya menemukan setumpuk buku milik ibu saya semasa SMA : Buku peribahasa Indonesia lengkap, buku-buku Budi Pekerti & PMP, serta buku-buku lagu daerah (Kalau tidak salah). Saya mencoba membuka dan membaca buku-buku tersebut. Entah kenapa semua terasa menyenangkan. Ketika sebuah tulisan dan deskripsi didukung oleh ilustrasi dan gambar yang sesuai dan mendukung, saya merasa tertarik dengan bacaan dan ikut mengalir di dalamnya tersebut. Semua tulisan berhasil saya cerna dan nikmati. Alhasil ketika saya 6 tahun, hampir setiap minggunya, saya selalu pergi ke salah satu mall di kawasan Karawaci, terutama ke toko buku, untuk membeli buku Matematika (Entah kenapa saya tertarik dengan angka) dan sebuah kamus bahasa Inggris bergambar yang menurut saya kala itu adalah yang terlengkap dan paling menarik isinya.
Berkembang semakin jauh, ketika teknologi perlahan mulai menunjukkan tanda-tanda kedigdayaannya, saya masih tetap melekat dengan buku. Perlahan, bahan bacaan saya lebih berkembang dan mulai mengarah kepada sains dan fakta-fakta menarik - Terutama soal hiu, buaya, dinosaurus, dan fakta-fakta alam semesta. Saya pun selalu membeli majalah Orbit, yang merupakan salah satu majalah sains anaka-anak yang kini tidak terbit lagi. Semuanya telah saya baca dan lahap, karena kontennya yang seimbang antara hiburan dan edukasi. Ada pun ayah saya membelikan saya majalah National Geographic pertama saya sebagai hadiah ulang tahun ke-7, dengan topik utama yang mengangkat soal kehidupan hiu dan keberagamannya.
Kini, bacaan saya semakin berat. Mulai dari filsafat, ilmu sosial, sejarah, puisi, hingga novel-novel misteri & thriller, dan buku self-development. Seiring perkembangan umur, saya semakin mengerti apa minat saya dan dari situ pula, bahan bacaan saya semakin maju lebih jauh, yang membuat saya menjadi seorang penulis cerita dan puisi yang produktif, dan juga seorang pemikir yang doyan menganalisa berbagai peristiwa.
Bagi saya, ketika kisah cinta, kehidupan sekolah, dan masalah remaja menimpa saya, tidak hanya orang tua yang bisa dijadikan tempat menenangkan diri. Buku punya kemampuan itu - Ia memberi enjoyment, rasa nyaman, dan mampu memosisikan diri menjadi seorang teman yang pasif, yaitu teman yang bukan mendengarkan masalah saya dan memberikan solusi, tetapi teman yang nyaman untuk tempat bernaung, untuk menikmati cerita dan kisah yang memberi penghiburan tersendiri tanpa harus merasa didengarkan. Buku adalah teman. Ia tidak perlu berbuat baik, karena dengan kita membacanya, ia telah menunjukkan kebaikan.
Jadi, langsung ke inti.
Saya sendiri juga bingung kenapa bisa suka membaca.
Tapi, semua ini berawal karena satu hal.
Rasa penasaran. Kala umur saya 4 tahun
Masa kecil saya adalah masa kecil yang diisi penuh banyak pertanyaan - Apalagi karena saya adalah tukang tanya dan agak bawel. Saya suka memainkan berbagai hal. Komputer yang masih Windows XP, Playstation 1 beserta koleksi CD Gamenya, dan sebuah laci di lemari ruang tamu. Di laci inilah, titik balik saya dari hanya seorang anak kecil biasa, menjadi seorang kutu buku tingkat akut.
Di laci besar itu, saya menemukan setumpuk buku milik ibu saya semasa SMA : Buku peribahasa Indonesia lengkap, buku-buku Budi Pekerti & PMP, serta buku-buku lagu daerah (Kalau tidak salah). Saya mencoba membuka dan membaca buku-buku tersebut. Entah kenapa semua terasa menyenangkan. Ketika sebuah tulisan dan deskripsi didukung oleh ilustrasi dan gambar yang sesuai dan mendukung, saya merasa tertarik dengan bacaan dan ikut mengalir di dalamnya tersebut. Semua tulisan berhasil saya cerna dan nikmati. Alhasil ketika saya 6 tahun, hampir setiap minggunya, saya selalu pergi ke salah satu mall di kawasan Karawaci, terutama ke toko buku, untuk membeli buku Matematika (Entah kenapa saya tertarik dengan angka) dan sebuah kamus bahasa Inggris bergambar yang menurut saya kala itu adalah yang terlengkap dan paling menarik isinya.
Berkembang semakin jauh, ketika teknologi perlahan mulai menunjukkan tanda-tanda kedigdayaannya, saya masih tetap melekat dengan buku. Perlahan, bahan bacaan saya lebih berkembang dan mulai mengarah kepada sains dan fakta-fakta menarik - Terutama soal hiu, buaya, dinosaurus, dan fakta-fakta alam semesta. Saya pun selalu membeli majalah Orbit, yang merupakan salah satu majalah sains anaka-anak yang kini tidak terbit lagi. Semuanya telah saya baca dan lahap, karena kontennya yang seimbang antara hiburan dan edukasi. Ada pun ayah saya membelikan saya majalah National Geographic pertama saya sebagai hadiah ulang tahun ke-7, dengan topik utama yang mengangkat soal kehidupan hiu dan keberagamannya.
Kini, bacaan saya semakin berat. Mulai dari filsafat, ilmu sosial, sejarah, puisi, hingga novel-novel misteri & thriller, dan buku self-development. Seiring perkembangan umur, saya semakin mengerti apa minat saya dan dari situ pula, bahan bacaan saya semakin maju lebih jauh, yang membuat saya menjadi seorang penulis cerita dan puisi yang produktif, dan juga seorang pemikir yang doyan menganalisa berbagai peristiwa.
Bagi saya, ketika kisah cinta, kehidupan sekolah, dan masalah remaja menimpa saya, tidak hanya orang tua yang bisa dijadikan tempat menenangkan diri. Buku punya kemampuan itu - Ia memberi enjoyment, rasa nyaman, dan mampu memosisikan diri menjadi seorang teman yang pasif, yaitu teman yang bukan mendengarkan masalah saya dan memberikan solusi, tetapi teman yang nyaman untuk tempat bernaung, untuk menikmati cerita dan kisah yang memberi penghiburan tersendiri tanpa harus merasa didengarkan. Buku adalah teman. Ia tidak perlu berbuat baik, karena dengan kita membacanya, ia telah menunjukkan kebaikan.
"There is no friend as loyal as a book."
Ernest Hemingway - Penulis ternama Amerika pemenang Pulitzer.
Comments
Post a Comment