Mementahkan Mitos
Hari ini, 20 Desember, sekolah saya mengadakan pembagian rapor semester ganjil - ditemani suasana yang agak mendung cenderung gerimis. Pagi-pagi sekali, saya sudah mengambil rapor bersama ibu saya.
Syukur kepada Tuhan untuk sekali lagi, saya meraih posisi pertama.
Dan hal ini yang akan saya bahas, karena banyak orang yang sering memberi statement seperti ini.
"Ranking 1 belum tentu sukses."
"Banyak kok orang sukses yang tidak lulus sekolah dan tidak ranking 1."
"Sukses itu yang penting banyak koneksi, banyak teman."
Saya pun mempersilakan statement itu untuk terucap. No offense for that. Bahkan, pernyataan itu keluar dari beberapa mulut teman saya yang mendapat ranking kurang memuaskan dan berkepribadian kurang baik.
Yang membuat saya kebingungan adalah apakah mereka membuat pernyataan tersebut untuk membuat mereka semakin optimis bisa seperti orang sukses yang tidak ranking 1 dan tidak lulus lainnya, atau mereka ingin menekan saya.
Saya ingin mementahkan mitos itu. Saya ingin membuktikan bahwa peringkat saya ini juga mampu mencerminkan karier saya nanti. Saya tidak mau terlalu terpancing akan mitos dan kalimat-kalimat itu. Yang terpenting, saya bisa meneladani apa yang telah dilakukan oleh orang sukses yang tidak lulus.
Silakan lihat pernyataan kedua yang telah saya tulis di atas. Memang banyak orang sukses yang tidak peringkat 1 dan bahkan tidak lulus sekolah. Namun, yang membedakan mereka dari orang yang tidak lulus dan tidak peringkat 1 lainnya adalah a bunch of wits, works, and personalities. Segudang keinginan, segudang kerja keras dan cerdas, dan segudang kepribadian positif. Let's take a look, shall we?
Contoh pertama. Liem Sioe Liong - Sang pendiri Salim Group. Keluarga kurang berada? Check. Pendidikan seadanya? Check. Kerja keras, kerja cerdas? Check. Wit and effort? Check & check.
Kedua. Thomas Alfa Edison. Dikeluarkan saat SD? Check. Dianggap bodoh? Check. Usaha dan percobaan tanpa henti? Also check.
Terakhir. Mark Zuckerberg. Nakal, tapi tetap positif? Done. Kreatif? Done. Berminat tinggi dalam programming? Done. Usaha yang gila? Done, done, and done.
Jadi, 3 poin yang mengubah orang yang tidak berpendidikan dan nakal menjadi seseorang yang berhasil : Unique, wit, and self-effort. Saya yakin teman-teman saya yang kurang dalam hal akademik tadi dan memiliki kepribadian kurang baik, bisa berhasil asal memiliki wit, tidak hanya untuk suatu keberhasilan puncak, tetapi memiliki wit untuk mengubah kepribadian. They know their true self, their visions ahead. Why don't become the rare ones like one of 'em, instead of consistently saying those things and keep being static?
Orang yang pintar di sekolah pun bisa - Asal bisa mengenal diri sendiri dan true talent. Siapa tahu anda yang berotak encer di sekolah bisa menjadi unik karena bakat. Bukan hanya belajar, belajar, belajar.
Every person able to earn. But not every person is able to know their true self.
Syukur kepada Tuhan untuk sekali lagi, saya meraih posisi pertama.
Dan hal ini yang akan saya bahas, karena banyak orang yang sering memberi statement seperti ini.
"Ranking 1 belum tentu sukses."
"Banyak kok orang sukses yang tidak lulus sekolah dan tidak ranking 1."
"Sukses itu yang penting banyak koneksi, banyak teman."
Saya pun mempersilakan statement itu untuk terucap. No offense for that. Bahkan, pernyataan itu keluar dari beberapa mulut teman saya yang mendapat ranking kurang memuaskan dan berkepribadian kurang baik.
Yang membuat saya kebingungan adalah apakah mereka membuat pernyataan tersebut untuk membuat mereka semakin optimis bisa seperti orang sukses yang tidak ranking 1 dan tidak lulus lainnya, atau mereka ingin menekan saya.
Saya ingin mementahkan mitos itu. Saya ingin membuktikan bahwa peringkat saya ini juga mampu mencerminkan karier saya nanti. Saya tidak mau terlalu terpancing akan mitos dan kalimat-kalimat itu. Yang terpenting, saya bisa meneladani apa yang telah dilakukan oleh orang sukses yang tidak lulus.
Silakan lihat pernyataan kedua yang telah saya tulis di atas. Memang banyak orang sukses yang tidak peringkat 1 dan bahkan tidak lulus sekolah. Namun, yang membedakan mereka dari orang yang tidak lulus dan tidak peringkat 1 lainnya adalah a bunch of wits, works, and personalities. Segudang keinginan, segudang kerja keras dan cerdas, dan segudang kepribadian positif. Let's take a look, shall we?
Contoh pertama. Liem Sioe Liong - Sang pendiri Salim Group. Keluarga kurang berada? Check. Pendidikan seadanya? Check. Kerja keras, kerja cerdas? Check. Wit and effort? Check & check.
Kedua. Thomas Alfa Edison. Dikeluarkan saat SD? Check. Dianggap bodoh? Check. Usaha dan percobaan tanpa henti? Also check.
Terakhir. Mark Zuckerberg. Nakal, tapi tetap positif? Done. Kreatif? Done. Berminat tinggi dalam programming? Done. Usaha yang gila? Done, done, and done.
Jadi, 3 poin yang mengubah orang yang tidak berpendidikan dan nakal menjadi seseorang yang berhasil : Unique, wit, and self-effort. Saya yakin teman-teman saya yang kurang dalam hal akademik tadi dan memiliki kepribadian kurang baik, bisa berhasil asal memiliki wit, tidak hanya untuk suatu keberhasilan puncak, tetapi memiliki wit untuk mengubah kepribadian. They know their true self, their visions ahead. Why don't become the rare ones like one of 'em, instead of consistently saying those things and keep being static?
Orang yang pintar di sekolah pun bisa - Asal bisa mengenal diri sendiri dan true talent. Siapa tahu anda yang berotak encer di sekolah bisa menjadi unik karena bakat. Bukan hanya belajar, belajar, belajar.
Every person able to earn. But not every person is able to know their true self.
"Self-belief and hard work will always earn you success."
Virat Kohli - Pemain kriket International India.
Comments
Post a Comment