Kehidupan Baru di Jurusan IPS
Ketika kita berbicara tentang penjurusan di kasta SMA, maka yang terjadi kita akan dihadapkan pada dua pilihan penuh paradoks : IPA dan IPS. Dua jurusan ini memiliki perbedaan kekhasan yang tajam. Dari suasana kelas, sosialisasi, gaya belajar, semuanya sangat berbeda. IPA terkenal akan gaya belajar yang kaku, serius, dengan para murid yang individualistis serta memiliki kemauan tinggi untuk bersaing, sementara IPS, diketahui memiliki sosialisasi yang tinggi, kerjasama yang baik, gaya belajar penuh diskusi, kerja kelompok, dan presentasi, namun seringkali mendapat cap pemalas dan terbuang.
Nah, pada artikel kali ini, saya akan menjernihkan mindset masyarakat tentang pendidikan dengan menceritakan kehidupan baru saya sebagai seorang siswa (Sekaligus ketua kelas) di kelas 11 IPS. Saya ingin mengajak kalian mengenal dunia IPS lebih dalam lagi.
Alasan saya memilih jurusan IPS adalah karena minat besar saya di seluruh mata pelajaran jurusan Sosial dan juga karena kemauan saya untuk berbisnis. Keputusan saya memilih jurusan IPS ternyata sangat mengejutkan banyak orang, mulai dari guru-guru, teman, orang tua, hingga teman orang tua. Bukan saya ingin menyombongkan diri, tapi karena saya (Puji Tuhan) bisa mendapatkan peringkat 2 di kelas 10 dan saya sudah pernah memenangkan lomba cerdas cermat di kelas 10.
Banyak orang mempertanyakan keputusan saya. Maka, setiap kali mereka bertanya kenapa saya masuk jurusan IPS, saya hanya menjawab "Saya suka IPS, dan saya mau masuk bisnis." Mulai tanggal 18 Juli, saya resmi memulai kehidupan baru sebagai anak jurusan Sosial.
Hampir 1 bulan menjadi siswa IPS, saya cepat beradaptasi. Saya bisa menyesuaikan diri dengan gaya belajar yang memang terbilang santai, tetapi saya menyibukkan diri dengan membaca buku dan mengerjakan tugas-tugas lain, baik tugas individu maupun kelompok agar tetap dapat meluangkan waktu dengan berguna. Selain itu, saya menyukai tugas presentasi. Di kelas IPS, sangat banyak sekali tugas-tugas presentasi yang mengharuskan kita untuk mengeluarkan kemampuan berbicara kita, dan itu yang saya suka. Saya menyukai pengalaman belajarnya, tapi, harus saya akui, kelas IPS memang memiliki fakta yang hampir tidak mungkin diubah ; Anak IPS terkenal berisik.
Sebagai ketua kelas, otak yang harus pusing sendiri akibat kelakuan anak-anak yang kurang baik. Jajan di kantin ketika guru tidak masuk karena sakit, bermain gitar ketika masih ada guru, dan masih banyak lagi. Dan, saya beberapa kali mendiskusikan solusinya bersama wali kelas saya yang juga seorang guru Sejarah.
Siapkah kalian bersaing?
Next post hint : Artikel bertemakan persahabatan.
Nah, pada artikel kali ini, saya akan menjernihkan mindset masyarakat tentang pendidikan dengan menceritakan kehidupan baru saya sebagai seorang siswa (Sekaligus ketua kelas) di kelas 11 IPS. Saya ingin mengajak kalian mengenal dunia IPS lebih dalam lagi.
Alasan saya memilih jurusan IPS adalah karena minat besar saya di seluruh mata pelajaran jurusan Sosial dan juga karena kemauan saya untuk berbisnis. Keputusan saya memilih jurusan IPS ternyata sangat mengejutkan banyak orang, mulai dari guru-guru, teman, orang tua, hingga teman orang tua. Bukan saya ingin menyombongkan diri, tapi karena saya (Puji Tuhan) bisa mendapatkan peringkat 2 di kelas 10 dan saya sudah pernah memenangkan lomba cerdas cermat di kelas 10.
Banyak orang mempertanyakan keputusan saya. Maka, setiap kali mereka bertanya kenapa saya masuk jurusan IPS, saya hanya menjawab "Saya suka IPS, dan saya mau masuk bisnis." Mulai tanggal 18 Juli, saya resmi memulai kehidupan baru sebagai anak jurusan Sosial.
Hampir 1 bulan menjadi siswa IPS, saya cepat beradaptasi. Saya bisa menyesuaikan diri dengan gaya belajar yang memang terbilang santai, tetapi saya menyibukkan diri dengan membaca buku dan mengerjakan tugas-tugas lain, baik tugas individu maupun kelompok agar tetap dapat meluangkan waktu dengan berguna. Selain itu, saya menyukai tugas presentasi. Di kelas IPS, sangat banyak sekali tugas-tugas presentasi yang mengharuskan kita untuk mengeluarkan kemampuan berbicara kita, dan itu yang saya suka. Saya menyukai pengalaman belajarnya, tapi, harus saya akui, kelas IPS memang memiliki fakta yang hampir tidak mungkin diubah ; Anak IPS terkenal berisik.
Sebagai ketua kelas, otak yang harus pusing sendiri akibat kelakuan anak-anak yang kurang baik. Jajan di kantin ketika guru tidak masuk karena sakit, bermain gitar ketika masih ada guru, dan masih banyak lagi. Dan, saya beberapa kali mendiskusikan solusinya bersama wali kelas saya yang juga seorang guru Sejarah.
Tapi di balik kekacauan kelas dan gaya belajar yang santai (Meski saya menyibukkan diri), saya harus mengakui bahwa kompetisi di kelas saya, yaitu 11 IPS 2, cukup tinggi meskipun tidak setinggi kelas 10 dulu, dimana kelas 10 dulu diisi perempuan-perempuan berotak Google.
Itu baru sedikit kisah saya, karena memang saya baru 3 minggu di kelas IPS. Saya akan menceritakan lebih banyak lagi pengalaman di kelas IPS, terutama saat nanti live in di pedesaan di Jawa, setelah saya melaksanakannya.
Dari pengalaman singkat ini, saya belajar tentang bagaimana untuk tidak meremehkan sesuatu yang kecil. IPS memang santai, tapi ada sebuah kesadaran dalam diri untuk mendobrak suasana santai untuk dengan ketekunan dan kemauan kita untuk bertarung di IPS, sesederhana apapun persaingannya. Sebuah persaingan dalam tingkat kesulitan apapun, tidak akan membentuk pribadi yang kompetitif jika kita memilih untuk berjalan santai daripada berlari di dalamnya.
Di kelas IPS juga, saya merasa, kemampuan public speaking dan pemikiran analitis saya akan semakin terasah dan menjadi lebih baik lagi. Semua hal, IPA dan IPS, akan membentuk seseorang dalam bidang yang berbeda. IPA akan mengasah pemahaman dan kemampuan berpikir logis, sementara IPS akan membentuk seseorang menjadi pemikir yang kritis, analitis, dengan kemampuan berbicara dan networking yang mahir.
Bagi kalian, yang memilih nilai akademik yang tinggi tetapi memilih masuk jurusan IPS, saya hanya memiliki satu saran, yang saya rasa jika kalian terapkan, akan memberikan hasil yang positif : Bersihkan keraguan yang ada di orang-orang sekitar anda. Jika mereka meragukan anda di IPS meskipun anda bisa masuk IPA, matikan keraguan itu. Buktikan bahwa dengan masuk IPS, kalian bisa mempertanggungjawabkan pilihan kalian dan menjawab keraguan itu.
Saya sadar bahwa ketika kita masuk IPS, meskipun memiliki nilai akademik yang luar biasa, kita harus bekerja keras dan juga cerdas. Ketika jurusan IPA bisa masuk ke jurusan IPA dan IPS di dunia perkuliahan, lulusan IPS hanya bisa mengambil IPS. Ini menuntut kita untuk bekerja keras dan tidak lupa bekerja cerdas.
Maka, sesantai apapun dunia, ia akan menyajikan kita porsi persaingan sekecil apapun untuk kita. Sebelum kita bersaing dengan orang-orang di sekitar kita, maka ada baiknya untuk merenungi nasihat Washington Allston.
"Satu-satunya kompetisi yang layak untuk seorang yang bijak adalah dirinya sendiri."
Washington Allston - Pujangga & Pelukis Amerika
Siapkah kalian bersaing?
Next post hint : Artikel bertemakan persahabatan.
Comments
Post a Comment