NGOMENIN #1 : Kilas Balik Sang Ratu Horror di Masa Kini

Saya adalah pecinta, bahkan bisa dibilang, penggemar berat film horror. Dari yang sekadar jualan jumpscares sampai yang benar-benar punya taji, semua saya tonton. Kualitas cerita bukan masalah bagi saya, meskipun saya punya sifat yang agak kritis berhubungan dengan dunia perfilman. Yang penting, tujuan menakut-nakuti itu berhasil.

Beberapa hari belakangan ini, salah satu televisi swasta di Indonesia dengan program unggulan Kurma, menayangkan beberapa film horror era 80-an. Bagi sebagian besar anak muda masa kini dan milenial, film horror jadul mungkin tidak ada tandingannya dengan nama-nama besar seperti The Conjuring, Insidious, dan Annabelle. Jika saya melihat dari kacamata anak muda masa kini, mungkin film-film horror jadul bisa jadi bulan-bulanan dalam hal cerita dan desain produksi yang biasa saja bahkan cenderung bikin ngakak.

Tapi, tunggu dulu.

Kalau film horror tersebut dimotori oleh Sisworo Gautama Putra, tidak akan ada jaminan keburukan. Apalagi jika film horror tersebut diisi oleh satu nama.


SUZANNA.

Bagi mereka yang pernah melalui masa muda bersama film-film horror yang dimainkan olehnya, ia adalah legenda. Satu nama dan satu sosok magis yang sanggup menahan kebulatan tekad kita untuk sekadar kencing di kamar mandi pada tengah malam. Menonton satu filmnya, berarti anda siap tidur dengan mata terbuka.

Itulah yang terjadi kepada saya, ketika menyaksikan ia memainkan peran Sundel Bolong dalam film Sundel Bolong. Mulai dari adegan menggoda 2 orang pemotor yang motornya mogok hingga adegan makan sate 200 tusuk dan soto sepanci penuh. Setiap adegan terkesan sedikit komikal, namun berkat aura mistis yang ia miliki dan totalitas aktingnya, tidur nyenyak anda hanya akan menjadi mitos belaka.

Baru pertama kali saya merasa deg-degan sekaligus engaged dalam sebuah film horror. Mungkin beberapa orang akan mengatakan "Ah gak serem!", atau "Aneh filmnya!". Saya mengizinkan banyak komentar seperti itu karena memang perbedaan generasi dan selera manusia dulu dan kini. Tapi, saya sendiri sama-sama menyukai horror lama dan modern.

Mengenang sosok seperti ini adalah kewajaran. Ia memberikan kesan yang melekat kuat di kepala tiap orang yang pernah menyaksikan filmnya. Namun, yang patut disayangkan adalah tidak adanya tekad dan minat yang kuat bagi para sineas, aktor, dan aktris horror negeri ini untuk menghasilkan karya horror yang setidaknya, mendekati dan mencontoh kualitas sang ratu horror Indonesia. Yang terjadi kini malah film horror dijadikan sebagai pameran dada dan paha para pemerannya yang justru malah merangsang dan memberi rasa 'tegang' kepada para penonton (Laki-laki).

Pesan saya cuma satu : Silakan jualan sate semalam mungkin.

Siapa tahu, dagangan anda laku diborong sang ratu horror.

"Sate, dua ratus tusuk, makan sini."
 Suzanna sebagai Alissa dalam Sundel Bolong (1981)

Comments

Popular Posts