Situasi Literasi Kota Tangerang
Beberapa bulan setelah menjadi Duta Baca Kota Tangerang 2017, saya dan 2 rekan sesama juara Duta Baca lainnya memutuskan untuk mengunjungi Car Free Day, untuk menemui mobil perpustakaan keliling dari Dinas Perpustakaan & Arsip Daerah. Sayangnya, mobil tersebut tidak terlihat di kawasan Car Free Day. Tapi untungnya, kehadiran sebuah gelaran buku di trotoar dekat salah satu SMK di kawasan tersebut menarik perhatian saya. Saya sempat berbincang dengan beberapa orang yang ternyata merupakan anggota komunitas Baca Tangerang yang biasa menggelar gelaran buku tersebut setiap minggu di kawasan tersebut.
Sembari berbincang, saya mengamati masyarakat yang lalu lalang berolahraga. Sebagian dari mereka mengunjungi gelaran ini untuk melihat-lihat dan membaca buku, namun kalau saya kira-kira, lebih banyak yang memilih berolahraga dan menikmati makanan di sekitar daripada membaca buku.
Salah satu pendiri komunitas tersebut, yang kini sudah cukup akrab dengan saya, mengatakan bahwa di Jogja, Jakarta, dan kota-kota lain sudah memiliki gelaran dan komunitas buku yang begitu besar dan aktif berkembang, tidak seperti Tangerang, yang seolah-olah stagnan tanpa adanya perhatian.
Dari sini kami mengerti tugas kami. Tapi, kami sebagai Duta Baca, hanyalah manusia terbatas. Kami justru membutuhkan dukungan dan partisipasi semua orang - Pemerintah kota Tangerang, masyarakat, dan instansi perpustakaan daerah Kota Tangerang. Percuma ada kami, jika orang-orang hanya diam memerhatikan kami tanpa bergerak untuk memberi kemajuan.
Situasi ini pelik. Menyedihkan. Ketika anak-anak memilih bermain bola di Car Free Day, makan jajanan, dan bermain gadget, saya melihat satu anak, yang hanya bisa duduk di kursi roda. Ia tidak bisa bergerak, tidak bisa berbicara, tapi ia dibantu ayahnya menyumbangkan satu buah buku kepada gelaran tersebut. Saya memiliki saudara dengan kondisi yang sama, dimana ia hanya bisa mengangguk, menggeleng, dan tertawa. Ini menunjukkan bahwa meski keterbatasan paling gelap sekalipun, bisa mendorong seorang anak tadi untuk meminta bantuan ayahnya, menyumbangkan buku kepada sebuah gelaran buku. Hebatnya lagi, ayah si anak membacakan cerita dari sebuah buku untuknya.
Sudah merasa malu dengan anak seperti itu?
Jika memang tidak minat membaca, setidaknya luangkan waktu anda untuk membaca dan mencari informasi yang sesuai dengan minat dan passion anda. Jika anda berminat dalam fotografi, tentu akan membaca buku dan artikel mengenai fotografi, lalu mempraktikkan segala ilmu fotografi yang kita dapat dari itu semua.
Kuncinya sederhana : Minat dan rasa penasaran.
Rasa penasaran akan membuat orang tidak terhentikan.
Jadi, kenapa tidak mulai membaca?
Sembari berbincang, saya mengamati masyarakat yang lalu lalang berolahraga. Sebagian dari mereka mengunjungi gelaran ini untuk melihat-lihat dan membaca buku, namun kalau saya kira-kira, lebih banyak yang memilih berolahraga dan menikmati makanan di sekitar daripada membaca buku.
Salah satu pendiri komunitas tersebut, yang kini sudah cukup akrab dengan saya, mengatakan bahwa di Jogja, Jakarta, dan kota-kota lain sudah memiliki gelaran dan komunitas buku yang begitu besar dan aktif berkembang, tidak seperti Tangerang, yang seolah-olah stagnan tanpa adanya perhatian.
Dari sini kami mengerti tugas kami. Tapi, kami sebagai Duta Baca, hanyalah manusia terbatas. Kami justru membutuhkan dukungan dan partisipasi semua orang - Pemerintah kota Tangerang, masyarakat, dan instansi perpustakaan daerah Kota Tangerang. Percuma ada kami, jika orang-orang hanya diam memerhatikan kami tanpa bergerak untuk memberi kemajuan.
Situasi ini pelik. Menyedihkan. Ketika anak-anak memilih bermain bola di Car Free Day, makan jajanan, dan bermain gadget, saya melihat satu anak, yang hanya bisa duduk di kursi roda. Ia tidak bisa bergerak, tidak bisa berbicara, tapi ia dibantu ayahnya menyumbangkan satu buah buku kepada gelaran tersebut. Saya memiliki saudara dengan kondisi yang sama, dimana ia hanya bisa mengangguk, menggeleng, dan tertawa. Ini menunjukkan bahwa meski keterbatasan paling gelap sekalipun, bisa mendorong seorang anak tadi untuk meminta bantuan ayahnya, menyumbangkan buku kepada sebuah gelaran buku. Hebatnya lagi, ayah si anak membacakan cerita dari sebuah buku untuknya.
Sudah merasa malu dengan anak seperti itu?
Jika memang tidak minat membaca, setidaknya luangkan waktu anda untuk membaca dan mencari informasi yang sesuai dengan minat dan passion anda. Jika anda berminat dalam fotografi, tentu akan membaca buku dan artikel mengenai fotografi, lalu mempraktikkan segala ilmu fotografi yang kita dapat dari itu semua.
Kuncinya sederhana : Minat dan rasa penasaran.
Rasa penasaran akan membuat orang tidak terhentikan.
Jadi, kenapa tidak mulai membaca?
Comments
Post a Comment