NGOMENIN #2 : Ketika Bowo Artis Tik Tok Disangka Prabowo Subianto
Selamat datang di Indonesia.
Dimana hoax menjadi sarapan sehari-hari. Dimana hal-hal tolol menjadi sorotan besar. Dimana fitnah lebih kejam dari Ibukota. Dimana pemikiran penduduknya selalu diiringi nuansa politis.
Saya mau menekankan dua hal yang saya garisbawahi di atas. Apa pasal?
Ceritanya begini.
Begitulah ceritanya. Biar gambar yang bercerita.
Dan apa, reaksi para fakir kuota dan pecandu dunia maya?
Menyedihkan memang. Tapi, apa pelajaran yang bisa diambil?
Pertama, maksimalkan aplikasi Google di hape anda. Duo sekawan Sergey Brin dan Larry Page capek-capek kuliah di Stanford University dan menciptakan Gugel di garasi CEO-nya Youtube, tapi netijen buka Gugel cuma untuk cari berita-berita nggak waras dan videobokep gaming dan hiburan. Usaha susah payah membangun Gugel dari nol sampai besar seperti sekarang itu nggak gampang, sodara-sodara. Kasihan, loh, mereka. Setidaknya, pakailah search engine nomor satu di dunia ini untuk mengonfirmasi dan memverifikasi kebenaran suatu hal sehingga bisa ditarik fakta dan kesimpulan nyata.
Kedua, jernihkan pikiran. Kita semua tahu, Pemilu tinggal menghitung bulan. Suasana politik makin bikin gerah dan ketek basah. Omongan-omongan di dunia nyata dan dunia maya pun mulai lebih pedas dari b*ncabe level lima belas. Tapi, tolonglah. Jernihkan pikiran dari nuansa politis. Bowo "Tik Tok" dan Bowo-nya Gerindra itu beda. Yang satu bikin meet & greet, yang satu bikin kontroversi. Sudah jelas beda toh?
Saya bukannya membela Kang Emil. Maksud saya, untuk menjadi sebuah negara dengan civilized society, kita perlu berpikir kritis dan mendalam akan hal-hal kecil. Jangan cuma gara-gara satu nama Bowo, kita jadi ribut. Padahal sudah jelas dalam caption anak tersebut, yang dimaksud adalah artis antah berantah produk asli Tik Tok, Bowo Mondardo. Ini semua jadi masalah karena nama!
Inilah rapuhnya bangsa ini. Hanya karena satu nama, persatuan dan keutuhan bangsa kita tak ada bedanya dengan bubur kacang ijo - encer dan lebur. Karena hal kecil yang dibesar-besarkan dan disalahkan, kita jadi saling tampol di dunia maya. Padahal kunci atas semua hal dan berita adalah satu : membuktikan kebenaran. Jangan memfitnah seseorang atas satu hal yang belum tentu anda tahu kenyataannya. Ingat, fitnah lebih kejam daripada fitness.
Nun jauh di abad 15, seorang penyair legendaris pencipta kisah Romeo Juliet & Hamlet pernah berkata : "Apalah arti sebuah nama."
Bowo Tik Tok tetaplah Bowo Tik Tok, meskipun anda menduganya sebagai Prabowo Subianto.
Yang terpenting, pemikiran harus tetap kritis dan bijak.
Ketika bangsa lain sibuk ngurusin Artificial Intelligence dan jalan-jalan ke Mars, kita masih ngurusin satu nama Bowo untuk membedakan mana artis Tik Tok dan ketua partai.
Udah ah capek.
Sekian.
Dimana hoax menjadi sarapan sehari-hari. Dimana hal-hal tolol menjadi sorotan besar. Dimana fitnah lebih kejam dari Ibukota. Dimana pemikiran penduduknya selalu diiringi nuansa politis.
Saya mau menekankan dua hal yang saya garisbawahi di atas. Apa pasal?
Ceritanya begini.
Dan apa, reaksi para fakir kuota dan pecandu dunia maya?
Menyedihkan memang. Tapi, apa pelajaran yang bisa diambil?
Pertama, maksimalkan aplikasi Google di hape anda. Duo sekawan Sergey Brin dan Larry Page capek-capek kuliah di Stanford University dan menciptakan Gugel di garasi CEO-nya Youtube, tapi netijen buka Gugel cuma untuk cari berita-berita nggak waras dan video
Kedua, jernihkan pikiran. Kita semua tahu, Pemilu tinggal menghitung bulan. Suasana politik makin bikin gerah dan ketek basah. Omongan-omongan di dunia nyata dan dunia maya pun mulai lebih pedas dari b*ncabe level lima belas. Tapi, tolonglah. Jernihkan pikiran dari nuansa politis. Bowo "Tik Tok" dan Bowo-nya Gerindra itu beda. Yang satu bikin meet & greet, yang satu bikin kontroversi. Sudah jelas beda toh?
Saya bukannya membela Kang Emil. Maksud saya, untuk menjadi sebuah negara dengan civilized society, kita perlu berpikir kritis dan mendalam akan hal-hal kecil. Jangan cuma gara-gara satu nama Bowo, kita jadi ribut. Padahal sudah jelas dalam caption anak tersebut, yang dimaksud adalah artis antah berantah produk asli Tik Tok, Bowo Mondardo. Ini semua jadi masalah karena nama!
Inilah rapuhnya bangsa ini. Hanya karena satu nama, persatuan dan keutuhan bangsa kita tak ada bedanya dengan bubur kacang ijo - encer dan lebur. Karena hal kecil yang dibesar-besarkan dan disalahkan, kita jadi saling tampol di dunia maya. Padahal kunci atas semua hal dan berita adalah satu : membuktikan kebenaran. Jangan memfitnah seseorang atas satu hal yang belum tentu anda tahu kenyataannya. Ingat, fitnah lebih kejam daripada fitness.
Nun jauh di abad 15, seorang penyair legendaris pencipta kisah Romeo Juliet & Hamlet pernah berkata : "Apalah arti sebuah nama."
Bowo Tik Tok tetaplah Bowo Tik Tok, meskipun anda menduganya sebagai Prabowo Subianto.
Yang terpenting, pemikiran harus tetap kritis dan bijak.
Ketika bangsa lain sibuk ngurusin Artificial Intelligence dan jalan-jalan ke Mars, kita masih ngurusin satu nama Bowo untuk membedakan mana artis Tik Tok dan ketua partai.
Udah ah capek.
Sekian.
Comments
Post a Comment