USBN & Bagaimana Rasionalitas Saya Menghadapi Kecurangan

Setelah 1 bulan. Akhirnya. Setidaknya ada waktu beberapa jam untuk memperbarui blog yang sempat terbengkalai ini.

Sejujurnya, USBN masih tersisa hari senin dan selasa, dan mumpung akhir pekan di depan mata, saya sempatkan memperbarui blog ini dengan sekelumit kisah yang berhasil membawa kewarasan saya menuju titik terendah.

Semua kisah ini bermula 2 hari sebelum USBN dimulai, kala ibu saya pulang ke rumah membawa kabar yang bersumber dari salah satu teman sekelas saya tentang peredaran bocoran soal dan kunci jawaban USBN. Saya hanya tertawa - Ya, tertawa. Tapi selepas tawa itu, saya baru sadar bahwa sedang menghadapi musuh laten bersembunyi di balik tiap murid hingga USBN hari kelima ini.

Saya belajar tiap malam dengan isi kepala terbelah dua : Satu sisi bekerja keras untuk mempelajari tiap materi yang ada, satu sisi membayangkan bagaimana para penikmat bocoran belajar dengan santainya. Ternyata, tidak hanya saat belajar yang santai.

Selama ujian, para penikmat bocoran hanya butuh 15 - 20 menit untuk mengerjakan soal-soal yang menurut saya tergolong, tidak manusiawi. Ketika saya sedang berkonflik dengan kerasnya mengerjakan soal USBN, saya harus bersaing secara sehat dengan mereka yang berjuang secara 'tidak sehat'. Life's freaking humble, isn't it?

Ternyata tidak hanya anak IPS, yang IPA pun sama kampretnya. Teman dekat saya di IPA juga membeberkan hal tersebut. Bocoran soal dan jawaban beredar luas seperti air kencing anak SD yang berantakan ke lantai kamar mandi.

Seketika pikiran saya merambat menuju acara Graduation. Dalam acara tahunan untuk anak kelas 12 itu, seringkali terdapat penghargaan untuk anak-anak yang meraih prestasi tinggi di UNBK dan USBN. Sekarang, apa jadinya jika para peraih prestasi tinggi di ujian sebenarnya berlaku curang? Apa jadinya jika mereka malah menerima penghargaan tersebut dengan bangga padahal tindakannya tidak pantas dibanggakan, sementara sekolah tidak bertindak apa-apa untuk itu?

Untungnya, sekolah mengetahui konspirasi besar itu sebelum USBN selesai.

Mereka bisa bilang korupsi dimana-mana. Mereka bisa katakan pejabat tidak jujur, korupsi terus. Lalu, perbuatan mereka apa kalau gitu?

Saya hanya ingin membagikan kisah ini kepada teman-teman di luar sana. Kita mau negara ini diisi orang-orang jujur, bahkan kita sendiri mengutuk koruptor dan pejabat tidak jujur di luar sana. Kita mengutuk mereka, hingga kita tidak sadar, kita juga punya kekotoran yang perlu dikutuk.

Kita punya persediaan orang jenius, cerdas, kreatif, dan bertalenta yang overload. Yang menjadi stok langka di negara ini, hanyalah orang jujur. Kebohongan hanya akan merusak kelebihan diri.

Itu saja.

Oh iya.

Ngomong-ngomong, tanggal 4 Mei nanti, saya akan melaksanakan pendakian saya yang kedua di Gunung Puntang. Saya akan memberikan update khusus untuk kisah pendakian itu sekitar 1 minggu setelah pendakian. Sementara ini, saya mau menyelesaikan USBN terlebih dahulu, lalu melanjutkan tugas sebagai ketua Yearbook, dan menyelesaikan UNBK. Jadi, mohon doa dan dukungannya untuk saya. Berdoalah juga untuk teman-teman saya yang kurang jujur.

Dan saya sadar, BISA JADI SAYA AKAN DIBENCI BANYAK ORANG SETELAH MEMUBLIKASIKAN TULISAN INI DIMANA-MANA.

Sekian.

UPDATE : Saya bersyukur telah mendapat informasi bahwa sekolah sedang menindaklanjuti permainan kotor dalam USBN tahun ini. Semoga permainan ini dapat segera di'bersih'kan hingga ke noda terkecil oleh para guru. Jadi, ini adalah langkah krusial yang patut saya apresiasi. Cheers!

Comments

Popular Posts