Action Minus Celebration
Pernahkah kamu bekerja keras, bahkan bekerja cerdas, hingga selesai, namun tidak diberikan apapun? Seringkah kamu menyelesaikan suatu pekerjaan, tapi tiada hasil yang didapat? Mengapa bisa?
Well, if you're the one looking for answers, this writing might burn down your question marks.
Saya adalah tipikal pekerja keras dan seorang yang suka menembus batas yang telah saya tetapkan. Traits itu selalu saya pertahankan demi pencapaian yang lebih baik lagi atau at least - konsisten tanpa penurunan. Termasuk dalam kompetisi akademik dan kegiatan belajar. Setidaknya, dengan perilaku saya tersebut, saya masih terus mengamankan peringkat pertama di kelas dan di satu angkatan IPS sekolah (Bukan mau sombong ya...) sejak kelas 11.
Setiap kali saya mendapatkan peringkat 2 saat kelas 10 dan peringkat pertama sejak kelas 11, tentu saja, nilai rapor selalu dipertunjukkan ke hadapan papa saya, mengharapkan pujian mengalir dari mulutnya yang terkenal pendiam. Matanya menyusuri seisi rapor, melihat semua nilai dari 13 mata pelajaran yang ada, dari kognitif hingga praktek. Alhasil?
Rapor dikembalikan. Ia melanjutkan makan.
"Ga ada reaksi, pa?"
"Papa mesti ngapain?"
"Papa mesti ngapain?"
Imagine, no reactions, no responses, praises, or rewards at all...
Ketika banyak anak dengan pencapaian yang kurang memuaskan, meminta dan mendapat hadiah yang bermacam-macam dari orang tuanya, saya hanya terdiam melihat mereka menikmati liburan, hadiah baru, dan barang-barang pemberian orang tua.
Sementara saya?
Respon papa saya cuma satu - tanpa respon, dan itu satu-satunya hal yang saya dapatkan.
Saya punya permintaan setiap kali berhasil meraih prestasi terbaik. Saya ingin mendapat sesuatu, hadiah atau semacamnya, seperti liburan atau wisata. Tapi, dengan kondisi keuangan yang setidaknya masih sederhana dan solid, saya mengerti keadaan papa saya. Ia adalah key player dalam kelangsungan hidup keluarga ini.
Pada akhirnya, secara tak wajar, jiwa dan kepala ini bermusyawarah untuk mengambil satu keputusan besar : Aksi yang besar hanya perlu memperhatikan dampaknya. Bagi diri sendiri, bagi banyak orang. Tidak perlu menuntut hasil yang muluk-muluk. Jika dampaknya solid dan memberi pandemi positivitas, hasil akan datang dengan sendiri tanpa perlu kita menuntut.
Bagaimana dengan Malcolm X yang berjuang demi Hak Asasi Manusia tapi yang ia peroleh ada pintu Surga? Bagaimana kita melihat seorang tokoh lingkungan Riau, Patih Laman, yang memperjuangkan kelestarian lingkungan namun malah dituduh PKI?
Mereka bekerja tanpa pernah menikmati hasilnya. Namun mereka tetap berjalan, hingga nyawa sampai pada batasnya.
Yang paling krusial dari segala aksi hebat adalah tentang memberikan hasil - bukan mengharapkan diberi hasil.
Mereka bekerja tanpa pernah menikmati hasilnya. Namun mereka tetap berjalan, hingga nyawa sampai pada batasnya.
Yang paling krusial dari segala aksi hebat adalah tentang memberikan hasil - bukan mengharapkan diberi hasil.
"Action may not bring happiness but there is no happiness without action."
William James - Filsuf Amerika Serikat
Comments
Post a Comment