Blog The Book #3 : Distilasi Alkena - Wira Nagara
Selepas Stand Up Comedy Season 5 selesai masa tayangnya, saya mendapati seorang comic yang unik dan memiliki kekhasan yang luar biasa. Kelucuannya bukan terletak pada delivery absurd, kalimat-kalimat cerdas yang menggelitik. Ia lucu karena satu faktor : Bahasa a la pujangga.
Meskipun hanya bertahan sampai pertengahan musim, kini ia telah populer dan menjadi seorang penulis buku yang saya favoritkan. Ketika buku pertamanya telah terbit, buku itu jadi incaran wajib bagi saya karena buku tersebut adalah kumpulan tulisan-tulisannya tentang cinta yang pernah diterbitkan di blognya dan juga beberapa tulisan yang masih segar dan baru. Apa yang saya dapat? Sesuatu yang melebihi kata hebat.
Menurut deskripsi di cover belakang buku, Distilasi Alkena adalah "sebuah proses memisahkan dua hati yang pada dasarnya tak bisa dipisahkan karena suatu ikatan perasaan." Sederhananya, ini adalah buku tentang patah hati dan perasaan masa lalu. Klise memang, tapi yang membuat buku ini begitu megah adalah - izinkan saya untuk mengucapkannya sekali lagi - bahasa.
Wira Nagara adalah pujangga yang hebat. Ketika penulis puisi lain memiliki style yang lebih kalem, yang bisa memainkan tempo dan mengalun, dan ada juga yang membawa pembaca untuk mengkhayalkan puisinya, Wira Nagara membius kita dengan dosis kata-kata dan bahasa yang terstruktur sebagai sebuah emotion rollercoaster. Kita dihadapkan pada gotcha! moment yang menusuk dan kena sasaran, dan momen-momen seperti itu tersebar sangat melimpah - bahkan bisa dikatakan menguasai 95% isi buku ini. Sehingga, para perempuan, sediakan tisu di samping buku ini ketika anda sedang membacanya.
Mengambil konsep buku bergaya bahasa kimia, Wira memberi judul dari tiap tulisan secara unik dan mengandung makna dan filosofinya masing-masing. Misalkan Elegi Hemostasis, dimana Elegi adalah syair yang mengandung ungkapan dukacita, sedangkan Hemostasis adalah istilah gabungan untuk semua prosedur untuk melindungi diri dari proses pendarahan. Jadi, Wira mendefinisikan Elegi Hemostasis sebagai "rentetan kalimat menyelamatkan diri dari kucuran darah patah hati."
KESIMPULAN :
Inilah ketika sains, sastra, dan masa lalu diolah menjadi satu buku puisi. Menyayat hati, menghantam nurani tanpa henti. Wira Nagara menunjukkan bahwa ia berhasil memulai tapak kepenulisannya melalui satu buku yang mencerminkan masa lalu dan segala penderitaannya dengan kecerdasan bahasa yang mendominasi seisi jiwa dan emosi.
Meskipun hanya bertahan sampai pertengahan musim, kini ia telah populer dan menjadi seorang penulis buku yang saya favoritkan. Ketika buku pertamanya telah terbit, buku itu jadi incaran wajib bagi saya karena buku tersebut adalah kumpulan tulisan-tulisannya tentang cinta yang pernah diterbitkan di blognya dan juga beberapa tulisan yang masih segar dan baru. Apa yang saya dapat? Sesuatu yang melebihi kata hebat.
Menurut deskripsi di cover belakang buku, Distilasi Alkena adalah "sebuah proses memisahkan dua hati yang pada dasarnya tak bisa dipisahkan karena suatu ikatan perasaan." Sederhananya, ini adalah buku tentang patah hati dan perasaan masa lalu. Klise memang, tapi yang membuat buku ini begitu megah adalah - izinkan saya untuk mengucapkannya sekali lagi - bahasa.
Wira Nagara adalah pujangga yang hebat. Ketika penulis puisi lain memiliki style yang lebih kalem, yang bisa memainkan tempo dan mengalun, dan ada juga yang membawa pembaca untuk mengkhayalkan puisinya, Wira Nagara membius kita dengan dosis kata-kata dan bahasa yang terstruktur sebagai sebuah emotion rollercoaster. Kita dihadapkan pada gotcha! moment yang menusuk dan kena sasaran, dan momen-momen seperti itu tersebar sangat melimpah - bahkan bisa dikatakan menguasai 95% isi buku ini. Sehingga, para perempuan, sediakan tisu di samping buku ini ketika anda sedang membacanya.
Mengambil konsep buku bergaya bahasa kimia, Wira memberi judul dari tiap tulisan secara unik dan mengandung makna dan filosofinya masing-masing. Misalkan Elegi Hemostasis, dimana Elegi adalah syair yang mengandung ungkapan dukacita, sedangkan Hemostasis adalah istilah gabungan untuk semua prosedur untuk melindungi diri dari proses pendarahan. Jadi, Wira mendefinisikan Elegi Hemostasis sebagai "rentetan kalimat menyelamatkan diri dari kucuran darah patah hati."
KESIMPULAN :
Inilah ketika sains, sastra, dan masa lalu diolah menjadi satu buku puisi. Menyayat hati, menghantam nurani tanpa henti. Wira Nagara menunjukkan bahwa ia berhasil memulai tapak kepenulisannya melalui satu buku yang mencerminkan masa lalu dan segala penderitaannya dengan kecerdasan bahasa yang mendominasi seisi jiwa dan emosi.
Comments
Post a Comment