Muntilan After Story

Seperti yang sudah saya janjikan di awal cerita saya menginap di Muntilan, saya akan membagikan cerita-cerita sampingan yang unik dan bahkan menyeramkan dari teman-teman saya. Mulai dari suara gamelan tengah malam sampai oleh-oleh sayuran organik, inilah cerita-cerita sampingan teman-teman saya dari berbagai desa!

1. Ngapain petani kerja tengah malam?
Cerita ini sumbernya dari salah satu teman terdekat saya yang tinggal di dusun yang berbeda dari saya. Jadi begini, awalnya kami semua pulang dari pentas budaya dengan mobil pick-up. Waktu itu jam sudah menunjukkan tengah malam. Secara kronologis, saya sudah tiba di dusun ketika teman saya yang satu ini (Vivian), masih dalam perjalanan menuju dusunnya. Di perjalanan, ia melihat ada orang di tengah sawah, menggunakan caping, terlihat seperti seorang petani. Nah, disini yang agak ambigu. Secara logis, mungkin saja petani itu mau mengusir hama atau hewan yang merugikan petani itu. Tapi, yang tidak logis, kenapa harus malam? Dan kenapa cuma seorang petani saja yang ada di sana?

2. Suara Gamelan memecah keheningan desa
Cerita ini asalnya dari teman-teman saya di dusun Semen, yang notabene merupakan dusun yang persis berada di sebelah dusun saya, yaitu dusun Dadapan. Apa yang menarik dari cerita ini adalah suara gamelan yang terdengar seisi desa. Wajar? Wajar sih, tapi saya belum bilang kalau suara gamelan ini muncul tepat di tengah malam. Dan teman-teman saya terkejut karena mereka saling bertanya : "Lu denger suara gamelan gak tadi malem?" dan semua jawaban dari mereka adalah "Iya."

Menurut saya, yang tinggal di rumah yang paling dekat dengan dusun Semen. Jadi, rumah saya adalah rumah paling pojok di desa Dadapan, yang berada di dekat kebun. Dusun Dadapan dan Semen hanya dipisah oleh kebun-kebun warga yang tidak terlalu besar dan jalan setapak pendek yang lumayan pendek. Logisnya, suara Gamelan sangat kencang karena terbuat dari logam, dan hanya teman-teman saya di dusun Semen yang mendengarnya. Sementara saya yang paling dekat dengan dusun Semen, ketika ditanya teman saya yang tinggal di Semen, jawaban saya : "Gua nggak denger suara gamelan."

Menurut mitos yang ada tersebar di masyarakat sana, jika kita mendengar suara gamelan di suatu tempat, maka kita akan kembali ke tempat tersebut suatu saat nanti. Entah kapan.

3. Siluman Ular?
Saya lupa ini sumbernya dari teman saya di desa mana, tapi yang jelas, ini unik. Siluman ular ini sejatinya adalah seorang mbah-mbah yang sebenarnya tinggal di hutan dekat dusun tempat teman saya tinggal itu (Lupa nama dusunnya). Ketika hari-hari biasa, siluman itu (katanya) akan berwujud seperti mbah-mbah biasa.  Tapi ketika malam tertentu (Saya lupa malam apa, pokoknya ini malam yang sangat sakral), mbah-mbah itu akan berwujud manusia setengah ular. Tapi, teman-teman saya yang menceritakan ini belum pernah melihat wujud asli tubuhnya yang setengah ular.

4. Pulang-pulang Bawa Sayur
Ini cerita dari teman saya yang menginap di salah satu desa yang mengembangkan pertanian organik. Anak yang menginap di desa ini dan di sebelah desa organik ini mempunyai jadwal khusus yang tidak dimiliki anak-anak dusun lain : Belajar bertani secara organik. Bertani hidroponik dan bertani untuk menghasilkan produk pangan yang sehat. Hasilnya? Dikasih sayur organik untuk dibawa pulang ke Tangerang.

Yak! Sekian cerita yang bisa saya jabarkan untuk kalian semua. Mungkin ada yang menyeramkan, penuh mitos, dan juga menarik. Ini memancing kita belajar bahwa suatu negeri, suatu bangsa, adalah kaya. Kaya akan mitos, kaya akan budaya, dan kaya akan cerita-cerita unik dan tidak ada di daerah lain yang membuat kita tentunya bangga dengan negeri sendiri (Meski sering dilanda korupsi). Ada baiknya kita belajar dari pengalaman dan cerita-cerita kehidupan ini, karena sesungguhnya, kehidupan adalah sekolah kita sendiri.

Ini menandakan akhir dari seri Melarikan Diri ke Muntilan. Mohon maaf bila ada keterlambatan update cerita, mohon maaf bila cerita ini terkesan lambat atau terburu. Saya berharap agar kalian bisa membangun imajinasi dan deskripsi pribadi tentang Muntilan dan segala sesuatu yang bisa kita pelajari dari dalamnya. Dengan ini, seri Melarikan Diri ke Muntilan resmi tamat!

Comments

Popular Posts