Penjelajahan Negeri di Atas Awan (Day 1) : Get Ready, Get Lost!

Sebelum saya melanjutkan seri artikel mengenai petualangan saya di Muntilan, saya akan membagikan kisah petualangan saya yang 'hilang' dalam liburan menyenangkan di sebuah Negeri di Atas Awan. Berawal dari pendakian gunung Prau di jalur paling ekstrim, teman setenda yang hobi kentut, hingga menginap ala backpacker kantong kering, let's get ready to get lost in my epic adventure on the end of 2016!

Well, petualangan saya bermula di terminal Poris, dimana saya, dan 4 orang teman yang satu sekolah, Axel, Delia, Cintya (Kelas 12 sendiri), dan Andrew,  menunggu bus jurusan Wonosobo yang akan berhenti di terminal Mendolo. Keberangkatan jam 4, nyatanya bus berangkat agak sedikit ngaret, yaitu sekitar pukul 5 sore. Bus baru memasuki jalan tol sekitar pukul 7 karena Jakarta yang macetnya mirip BAB Andrew yang katanya belum buang hajat selama 1 minggu.

Saya pun tidur, bangun, tidur, bangun. Entah kenapa, saya tidak bisa tidur pulas, apalagi setelah bus tiba di sebuah rumah makan yang cukup besar dan saya membeli sejenis mie cup. Mata saya langsung buka toko (Baca : Nggak ngantuk). Setiap kiri dan kanan jalanan saya perhatikan. Toko-toko, rumah makan, lampu jalan berwarna kuning, dan masa lalu yang macet. #LiburanBaper.

Di Brebes (Kalau tidak salah), kenek yang badannya cukup tambun menggantikan supir utama yang menuntun kami menuju Wonosobo. Secara mengejutkan, pergantian pengemudi menciptakan sensasi berkendara ala Vin Diesel di Fast & Furious. Kalau Vin Diesel pakai Dodge Charger, kenek yang satu ini pakai bus ekonomi AC. Ia berhasil membawa yang kami tumpangi menaklukkan tikungan-tikungan tajam dan turunan yang mengerikan melewati hutan-hutan yang gelap waktu dini hari. Saya sendiri sampai mual dan deg-degan karena Vin Diesel jadi-jadian ini punya a particular set of skills dalam bidang street racing, khususnya perjalanan antar-kota antar-provinsi (AKAP).

Selama perjalanan menuju Wonosobo, supir utama dan pengganti sangat ramah kepada kami dan para penumpang yang lain. Mereka ramah dan enak untuk diajak mengobrol. Bahkan, mereka menurunkan penumpang langsung di kampung halaman masing-masing penumpang. Jika ada penumpang yang ingin diturunkan di Purwokerto, sang supir akan menurunkan mereka sesuai permintaan.

Setelah hutan, ladang penduduk, pertigaan dan perempatan, dan rumah dan toko penduduk yang masih sepi dan tutup, kami tiba di terminal Mendolo, sebuah terminal yang cukup luas yang terletak di Wonosobo. Dari sini kami dapat melihat puncak gunung Sindoro, atau Sumbing (Saya nggak bisa membedakan mana Sindoro mana Sumbing). Kami tiba pukul 5 pagi dan kami berniat untuk langsung beli tiket pulang yang kemudian kami batalkan karena loket masih tutup dan buka jam 7. Daripada kami menunggu lama untuk beli tiket, akhirnya kami langsung menuju sebuah angkutan mirip metro mini yang khusus mengantar para pendaki yang ingin mendaki gunung Prau via Patak Banteng.
Saya yang paling kiri gan!
Sepanjang jalan menuju desa Patak Banteng, saya merasa mendapat the warmest welcome from nature ever! Awan, kabut gunung, lahan terasering milik penduduk, dan hutan-hutan dataran tinggi. This kind of treasure is real!

Kami bersama para pendaki lain diturunkan di sebuah warung makan. Pemiliknya bernama Ibu Siti (Yang namanya baru saya tanyakan waktu akan pulang ke Tangerang). Beliau sangat ramah, ditambah makanan yang disajikan prasmanan di warungnya cukup murah dan nikmat. Lalu, kami bertemu dengan Pak Hamdi (Yang namanya juga saya baru tahu menjelang pulang). Beliau dan Ibu Siti memperkenalkan oleh-oleh khas Dieng, yaitu Carica (Yang saya beli, lagi-lagi menjelang pulang). Setelah sibuk berkenalan dengan warung makan itu dan Carica, kami istirahat, karena kami akan menghadapi pendakian yang hardcore, apalagi untuk saya yang baru pertama kali mendaki. Sebuah perjalanan, sebuah petualangan, dan berakhir dengan megahnya pemandangan, menanti saya di puncak Prau.

"Sure, give me an adventure and I'll ride it."
Melissa Auf Der Maur - Musisi Kanada. 

Comments

Post a Comment

Popular Posts