Kisah Malam Minggu #2 : Eksistensi Emosi

Di seri kedua ini, izinkan aku menulis kisah yang terinspirasi dari kisah perasaan dan emosi sahabatku. Sahabat yang dengan penuh harap, cintanya dapat cepat terbalas.

3 bulan pertama, aku belum terlalu mengenal nama-nama. Aku masih dalam pencarian, mencari jejak-jejak sahabat diantara kedekatan. Aku masih perlahan merajut hubungan yang kusebut persahabatan.

Sahabat mulai berdatangan, hilir mudik mengisi hari dan tak perlu lagi kucari.

Tapi, kudengar ada rindu yang bersemayam di salah satu sudut sekolah. Ia menunggu untuk diketahui. Seorang kakak kelas yang diam-diam memendam rindu dan sejuta misteri yang bungkam, diam dalam kekosongan. Rasa penasaran membumbung tinggi, menguap sebatas mimpi, namun batas itu begitu tinggi. Ketinggian yang membuatku ragu, atas kemungkinan meraih cinta masa SMA ini. Sampai akhirnya...

Aku mengenalmu.

Aku mengenalmu sebagai orang yang mencari perhatianku. Pembuktian atas dasar rindu penuh kepastian, aku terbelalak oleh sikapmu tergambar dalam mata dan kepalaku. Jantung yang menolak untuk berhenti berdegup, senyum di muka merahku yang tak mau menjadi cemberut. Indikasi hadirnya emosi dalam hati. Kau pertanda kisah baru padaku. Izinkan aku melukis wajahmu di kaca jendelaku kala langit menangis, agar tangisan itu berhenti membasahi bumi dan jadi dekorasi senja yang begitu manja. Setiap hari adalah bayangan tentangmu, yang tak mau pergi dari labirin imajinasi. Biarkan aku tersesat di labirin itu, menemui jalan buntu, asal ada hadirmu di situ, kebuntuan yang aku temukan, adalah jalan keluar terbaik yang telah terciptakan. Karena....

Aku mengenalmu.

Aku mengenalmu lewat koridor-koridor sekolah yang begitu sederhana. Sesederhana lemparan senyumanmu yang membuatku ingin berteriak di tengah lapangan sekolah dan menyatakan rasa ke seisi sekolah. Kita hanya saling tersenyum. Kita tak pernah berkomunikasi. Tapi, kau sadar, mata kita yang selalu bertemu, biarlah menjadi satu-satunya media kita untuk mengungkapkan hangat rasa. Aku tak hanya ingin bertemu, namun izinkan aku mengunjungi ruang hatimu, membuka pintu padanya, dan melihat seisinya. Aku ingin merapikannya dari sisa-sisa debu pengap yang menggerogoti kebebasanmu. Aku ingin masa lalu bukan masalahmu lagi, namun mari kita kembali kepada masa kini, ketika kita saling jatuh hati. Maka itu....

Aku menyayangimu.

Seperti rembulan yang tak pernah mau lepas dari konstelasi. Mereka hadir bersama di pekat malam, bersinar terang dalam sayatan angkasa kelam. Aku tidak ingin ini hanya sebatas kisah pemanis yang lewat begitu saja, tetapi mampu kita jalani dengan bersahaja. Aku ingin kita tetap bersama. Aku tidak perlu kau menyatakan cinta, tapi jika kau kehendaki, aku siap menerimamu. Menerimamu sebagai malaikat pelindungku. Berlindung dalam sayapmu, hangat dalam tatapanmu. Meski kita ada dalam ketidaksempurnaan, tapi marilah kita jalani dengan kesederhanaan. Sebab cinta itu sederhana, marilah kita usir segala yang fana. Sebab...

Aku mencintaimu.

Comments

Popular Posts